Ini cuman pengalaman pribadi dan pengalaman dari keluarga yang disampaikan dari bapak ke anak dan anak (yg sudah menjadi bapak) ke anak begitu seterusnya. Kalau diurut untuk siapa yang menemukan atau menyarankan akan susah ditemukan. Hal ini pertama kali terdengar di telinga sewaktu anak pertama saya (Aida) baru berumur 3 bulan disaat mudik lebaran ke tempat kakeknya di kampung tepatnya kampung istri saya, bukan langsung saya dengar dari mertua melainkan disampaikan oleh istri “ tadi papa ngecek untuak maagiah Aida kopi saketek-saketek tiok minggu bia indak step (demam kejang)” begitulah yang disampaikan oleh istri ke saya yang artinya papa tadi bilang untuk memberi aida kopi sedikit tiap minggu biar tidak demam kejang.
Dikarenakan kami sangat awam di bidang kesehatan demam kejang merupakan hal yang sangat menakutkan bagi kami terlebih lagi efek yang ditimbulkannya pada anak. Awal saya agak ragu saat mendengar perkataan istri, dikarenakan tidak ada penjelasan spesifik dari istri walaupun begitu saya tetap mengiyakan pernyataan tersebut. Tidak ada salahnya mencoba itu alasan saya mengiyakan, terlebih lagi saya sudah mulai mengkonsumsi kopi sejak awal tahun 2018 itu pikir saya. Seperti biasa aktivitas rutin disaat mudik lebaran adalah mengunjungi keluarga yang setara dengan orang tua kita, orang pertama yang kami kunjungi adalah saudara laki-laki kandung paling tua dari Papa mertua saya singkat cerita disanalah saya dijelaskan mengapa ada anjuran memberi anak kopi, intinya hanya untuk mengantisipasi supaya tidak terjadi demam kejang dan untuk dosisnya disarankan satu sendok kecil per minggu dan bisa dinaikkan dosisnya di bulan berikutnya.
Di dalam praktiknya saya memberikan anak saya kopi yang berbeda dari yang diberikan mertua saya kepada anak-anaknya, dikarenakan itu menurut saya bukanlah variabel yang penting, yang penting adalah sama-sama kopi walaupun dengan jenis yang berbeda. Secara pribadi dulu saya kurang bisa menikmati kopi, entah mengapa saya merasa susah mencari nikmatnya minum kopi seperti orang lain, akan tetapi itu berubah sejak 2018 merupakan awal tahu cara menikmati kopi. Berawal dari ajakan sepupu untuk minum kopi di sebuah garasi diubah menjadi cafe yang cuman bisa duduk beberapa orang, cafe yang terletak di sebuah gang di Kota tempat saya mencari nafkah merubah persepsi saya tentang kopi. Kopi yang harus dicampur dengan gula menjadi kopi yang tanpa harus dicampur apapun, kopi yang cuman memiliki satu metoda seduh menjadi kopi yang dengan berbagai metoda, dan terakhir tentang kopi yang berkaitan dengan ilmu kimia yaitu ekstraksi dan ilmu proses kimia yang butuh beberapa SKS di meja kuliah. Semuanya saya pelajari di cafe sempit yang cuman bertahan sekitar 2 tahun, disana jugalah saya mengenal jenis kopi robusta, kopi arabika, dan yang terakhir kopi liberika. Terkait jenis kopi, kopi yang saya berikan ke anak adalah kopi Arabika berbeda dengan mertua saya memberikan kopi Robusta dicampur gula kepada anaknya, menurut saya keungulan memberikan kopi arabika tanpa gula kepada anak adalah anak tidak terlalu rewel pada saat meminum obat yang tidak manis alias pahit.
Apakah benar kopi dapat menurunkan dan mencegah demam kepada anak? Walaupun belum bisa menemukan jurnal terhadap hal tersebut saya meyakini hal itu benar. Bahkan saya percaya itu juga berlaku terhadap orang dewasa yang saya rasakan tersendiri. Walaupun ada yang bilang itu cuman sugesti, saya rasa itu harus diteliti biar ada alternatif lain untuk pengobatan. Sejak penerapan minum kopi seminggu sekali kepada anak Alhamdulillah saya tidak mendapatkan kejadian yang tidak diinginkan terjadi kepada anak dan saya juga suka minum kopi pada saat suhu tubuh mulai naik.
Komentar
Posting Komentar